Sabtu, 30 Oktober 2010

gunung yg batuk

Uhuk ... uhuk ...! Wah, ada yang batuk. Namun, batuknya menimbulkan gempa ringan. Siapa yang batuk? Oh, rupanya Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Ups, batuk Merapi tambah parah. Uhuuuk ... uhuuuk!

Awas! Gunung berapi seperti Merapi memang sering batuk-batuk. Batuk kecil saja pasti diikuti gempa vulkanik kecil dan batu-batuan berlontaran. Kalau batuknya parah banget alias meletus ... wah, dahsyat akibatnya! Itu sebabnya, di sekitar Gunung Merapi dibuat pos-pos pengamatan. Jadi jumlah gempa, kekuatan gempa, luruhan batu-batu, atau juga lelehan lava dapat diketahui. Semua informasi ini dipakai oleh pemerintah untuk menetapkan status Gunung Merapi. Ini dia macam-macam status Merapi: 1. Aktif-normal: seperti umumnya gunung api, pasti ada gerakan atau luruhan batu. Tetapi, semua masih normal untuk ukuran gunung api. 2. Waspada: gempa vulkanik semakin sering dan kuat atau luruhan batu semakin banyak. 3. Siaga: penduduk di sekitar gunung harus siap-siap mengungsi. Sebab, sudah ada gejala awal gunung meletus. Gejala itu antara lain gempa vulkanik yang lebih dari 100 kali dengan kekuatan besar, suhu semakin panas, ukuran kawah bertambah lebar setiap hari, dan banyak lagi. 4. Awas Merapi: penduduk harus mengungsi. Gunung diperkirakan meletus beberapa hari atau jam lagi.

Gawat! Gunung Merapi sudah sering meletus. Berdasarkan penelitian para ahli geologi, gunung ini pertama kali meletus sekitar 3.310 tahun lalu. Hingga kini, Merapi telah meletus 72 kali. Namun, akibat letusan gunung yang satu ini memang mencengangkan. Konon, salah satu letusannya mengubur Candi Borobudur! Cobalah lihat di peta, berapa kira-kira jaraknya? Mau tahu kegawatan yang diakibatkan letusan Gunung Merapi? Ini dia: 1. Belakangan, semburan letusan Merapi hanya menjangkau belasan kilometer saja. Namun, di situ tinggal sekitar 29.000 penduduk. Belum terhitung ternak. Mengatur penyelamatan penduduk sebanyak itu, tidak mudah lo! 2. Ketika meletus, Merapi memuntahkan awan panas ke udara. Awan panas ini sungguh berbahaya. Suhunya saja bisa mencapai 3.0000C. Semua pohon, kaca, genting, bahkan kulit kita akan langsung terpanggang. Apalagi, dalam waktu 3-4 menit awan itu sudah menyebar hingga 5 kilometer. Mau lari? Mana sempat! 3. Lahar yang tersembur juga akan mengubur semua yang dilewati. Diperkirakan, hanya 10 menit setelah tersembur lahar itu dapat mencapai desa terdekat. Bila letusan sudah berhenti, bahaya lahar tetap ada. Itu terjadi ketika hujan deras datang. Lahar yang masih belum menempel kuat di tanah akan longsor ke bawah. 4. Kalau sekedar hujan abu sih, biasa. Meskipun, tetap saja bisa menimbulkan gangguan pernafasan.

Siap-siap! Tanggal 14 April 2006, status Merapi berubah menjadi siaga! Ups ... berarti cukup membahayakan, dong! Btul. Presiden SBY saja meminta aparat pemerintah dan masyarakat menyiapkan usaha penyelamatan. Sejak hari itu, semua sibuk. Mentri Koordinator Kesejahteraan Rakyat mengadakan rapat khusus tentang upaya penyelamatan. Selain itu, banyak hal dilakukan untuk menghadapi letusan Gunung Merapi. Inilah yang dilakukan: 1. Penduduk desa di lereng Merapi latihan mengungsi. Supaya kalau Gunung Merapi meletus, mereka sudah tahu harus melakukan apa. 2. Pemerintah daerah membangun beberapa posko pengungsian. Yang disiapkan bukan hanya tenda, lo. Tetapi juga bahan makanan dan tempat mandi darurat. 3. Lebih dari 100 truk milik TNI dan Polri disiapkan untuk mengangkut penduduk ke tempat aman. 4. Rumah Sakit Dr. Sardjito di Yogyakarta menyiapkan dokter, perawat, peralatan medis, dan juga ruangan. Rumah sakit juga menyiapkan sejumlah ambulans untuk mengangkut korban ke rumah sakit. 5. Jalan yang dibuat untuk jalur penyelamatan penduduk diperbaiki. Rupanya jalan amat penting itu banyak yang rusak! Sebetulnya, masih banyak yang dilakukan. Apakah ada yang tahu? Simak saja berita di televisi, tulisan di surat kabar, atau juga berita di internet. Pasti kau menemukan jawabannya.

Tulisan ini selesai dibuat tanggal 20 April 2006. Meski masih berstatus siaga, namun Merapi semakin sering batuk. Jika memang akhirnya meletus, mudah-mudahan kita sudah siap menghadapinya. (pipit)

(Tulisan ini pernah di muat di majalah Bobo No. 04/XXXIV, Tahun 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar